Saturday, April 23, 2016

Perbedaan utang dagang dan utang wesel | Marisa Setyarini

Perbedaan jenis-jenis piutang secara umum :

Piutang Dagang/Usaha
Piutang Wesel
Piutang lain-lain
Jangka waktu kurang dari 1 tahun  2/10, n/30
Jangka waktu bermacam-macam tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari
Jangka waktu lebih dari satu tahun atau termasuk dalam piutang jangka panjang.
Dimasukkan dalam aset lancar
Bagian yang jatuh temponya dalam waktu 1 tahun diperlakukan sebagai aset lancar, sedangkan yang lebih dari satu tahun piutang jangka panjang
Pada umumnya termasuk dalam piutang jangka panjang
Berkaitan dengan operasi utama perusahaan sehingga harus dapat ditagih
Mensyaratkan adanya jaminan sehingga jika saat jatuh tempo tidak dapat melunasi maka jaminan tersebut dapat dijual
Tidak berkaitan dengan operasi sehari-hari dan biasanya dilaporkan di Laporan Posisi Keuangan sebagai kelompok aset tidak lancar.


Klasifikasi Piutang Akuntansi keuangan Menengah

Klasifikasi Piutang


·      Klasifikasi piutang dalam laporan keuangan :
Pada umumnya piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar (current receivable)  yaitu piutang yang waktu jatuh temponya satu tahun atau kurang, dalam satu siklus operasi normal (normal operating cycle) perusahaan. Tetapi apabila jatuh temponya lebih dari satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai aset lancar menjadi tidak tepat, untuk itu disebut piutang tidak lancar (noncurrent receivable).


·      Klasifikasi piutang dalam Laporan Posisi Keuangan :
a.    Piutang dagang (trade receivable) 
Piutang dagang (trade receivable) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa diklasifikasikan menjadi dua yakni :
-       Piutang usaha (account receivable) adalah janji lisan dari pelanggan untuk membayar sejumlah uang atas barang atau jasa yang dijual secara kredit.
-       Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan.

b.    Piutang nondagang (nontrade receivable)
Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu , antara lain :
a)    Uang muka kepada karyawan dan staf  (Advances to officers and employees)
b)   Uang muka kepada anak perusahaan (Advances to subsidiaries)
c)    Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan  (Deposits to cover potential damages or losses)
d)   Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran (Deposits as a guarantee of performanca or payment)
e)    Piutang dividen dan bunga  (Dividends and interest receivable)
f)    Klaim terhadap :
a.    Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan;
b.    Terdakwa dalam satu perkara hukum;
c.    Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak;
d.   Perusahaan pengangkut untuk barang yang rusak atau hilang;
e.    Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang;
f.     Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, container, dan sebagainya. 

·      Klasifikasi piutang pada umumnya antara lain:
1.    Piutang Usaha (Accounts Receivable)
Piutang Usaha (Accounts Receivable) adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 sampai 60 hari yang merupakan piutang terbuka.

2.    Piutang Wesel/Wesel Tagih (Notes Receivable)
Piutang wesel (notes receivable) adalah janji tertulis bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang atau tagihan perusahaan kepada pembuat wesel atau pihak yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang dan jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang berjanji kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam kurun waktu tertentu sesuai yang tertera dalam surat perjanjian yang ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Jangka waktu minimal 60 hari.

3.    Piutang Lain-lain (Other Receivable)

Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak termasuk kedalam piutang usaha maupun wesel tagih. Misalnya : pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha.

Makalah PIUTANG (RECEIVABLES)

PIUTANG (RECEIVABLES)

A.  Pengertian Piutang

o  Menurut Zaki Baridwan (1992:124) pengertian piutang sebagai akibat dari usaha normal perusahaan tersebut piutang dagang atau dengan kata lain bahwa piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
o  Menurut Kieso dan Weygant mendefinisikan pengertian piutang sebagai berikut : Receivables are claims held against customers and others for money, goods, or service.
o  Menurut S.Hadibroto piutang merupakan klaim terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa piutang (receivable) adalah tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau memberikan pinjaman kepada karyawan, memberi uang muka pada anak perusahaan, atau penjualan aset tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan perusahaan kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu kas – persediaan – piutang – kas. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan  kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah, yang penting kebijaksanaan kredit yang efektif dan prosedur – prosedur penagihan untuk menjamin penagihan untuk menjamin penagihan piuang yang tepat pada waktunya dan menguurangi kerugian akibat piutang tak tertagih.

B.  Klasifikasi Piutang

·      Klasifikasi piutang dalam laporan keuangan :
Pada umumnya piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar (current receivable)  yaitu piutang yang waktu jatuh temponya satu tahun atau kurang, dalam satu siklus operasi normal (normal operating cycle) perusahaan. Tetapi apabila jatuh temponya lebih dari satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai aset lancar menjadi tidak tepat, untuk itu disebut piutang tidak lancar (noncurrent receivable).


·      Klasifikasi piutang dalam Laporan Posisi Keuangan :
a.    Piutang dagang (trade receivable) 
Piutang dagang (trade receivable) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa diklasifikasikan menjadi dua yakni :
-       Piutang usaha (account receivable) adalah janji lisan dari pelanggan untuk membayar sejumlah uang atas barang atau jasa yang dijual secara kredit.
-       Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan.

b.    Piutang nondagang (nontrade receivable)
Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu , antara lain :
a)    Uang muka kepada karyawan dan staf  (Advances to officers and employees)
b)   Uang muka kepada anak perusahaan (Advances to subsidiaries)
c)    Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan  (Deposits to cover potential damages or losses)
d)   Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran (Deposits as a guarantee of performanca or payment)
e)    Piutang dividen dan bunga  (Dividends and interest receivable)
f)    Klaim terhadap :
a.    Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan;
b.    Terdakwa dalam satu perkara hukum;
c.    Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak;
d.   Perusahaan pengangkut untuk barang yang rusak atau hilang;
e.    Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang;
f.     Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, container, dan sebagainya. 

·      Klasifikasi piutang pada umumnya antara lain:
1.    Piutang Usaha (Accounts Receivable)
Piutang Usaha (Accounts Receivable) adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 sampai 60 hari yang merupakan piutang terbuka.

2.    Piutang Wesel/Wesel Tagih (Notes Receivable)
Piutang wesel (notes receivable) adalah janji tertulis bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang atau tagihan perusahaan kepada pembuat wesel atau pihak yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang dan jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang berjanji kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam kurun waktu tertentu sesuai yang tertera dalam surat perjanjian yang ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Jangka waktu minimal 60 hari.

3.    Piutang Lain-lain (Other Receivable)
Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak termasuk kedalam piutang usaha maupun wesel tagih. Misalnya : pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha.
Perbedaan jenis-jenis piutang secara umum :
Piutang Dagang/Usaha
Piutang Wesel
Piutang lain-lain
Jangka waktu kurang dari 1 tahun  2/10, n/30
Jangka waktu bermacam-macam tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari
Jangka waktu lebih dari satu tahun atau termasuk dalam piutang jangka panjang.
Dimasukkan dalam aset lancar
Bagian yang jatuh temponya dalam waktu 1 tahun diperlakukan sebagai aset lancar, sedangkan yang lebih dari satu tahun piutang jangka panjang
Pada umumnya termasuk dalam piutang jangka panjang
Berkaitan dengan operasi utama perusahaan sehingga harus dapat ditagih
Mensyaratkan adanya jaminan sehingga jika saat jatuh tempo tidak dapat melunasi maka jaminan tersebut dapat dijual
Tidak berkaitan dengan operasi sehari-hari dan biasanya dilaporkan di Laporan Posisi Keuangan sebagai kelompok aset tidak lancar.

C.       Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang/Usaha (Recognition)
Piutang dagang/usaha akan diakui berdasarkan accrual basis dimana pengakuan piutang mendahului realisasi atau pembayaran. Jadi piutang diakui tanpa dikaitkan kapan pembayaran kas akan diterima (accrual basis). Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa dokumen, misalnya faktur (invoice).
Pengakuan piutang dagang/usaha yang berasal dari penjualan barang dipengaruhi oleh syarat pengiriman (terms of shipping). Jika syarat pengirimannya adalah f.o.b (free on board) shipping point, piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah kepada pembeli di tempat pegiriman, yaitu ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkutan. Jika syarat pengirimannya adalah f.o.b destination, piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah ke tangan pembeli di tempat tujuan, yaitu ketika pembeli menerima barang dari perusahaan pengangkutan. “Shipping Point” dan “Destination” sering ditunjukkan dengan lokasi tertentu, misalnya f.o.b Jakarta dan f.o.b Pekanbaru.
Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah diskon penjualan (diskon dagang dan diskon tunai) dan lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo.

DISKON PENJUALAN
Ada dua cara mencatat diskon penjualan, yaitu :
1.    Diskon dagang (trade discount)
Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang. Diskon dagang semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing.
Contoh : Sebuah toko kelontong menjual bahan pokok seharga Rp 250.000 dengan memberikan diskon 25 %. Maka piutang yang dicatat oleh penjual sebesar Rp 250.000 – (Rp 250.000X25%) = Rp 187.500

2.    Diskon tunai atau diskon penjualan (sales discount)
Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah “termin” seperti 2/10, n/30 yang berarti apabila dibayarkan dalam waktu 10 hari dari transaksi, maka akan mendapatkan diskon sebesar 2%, dan jumlah kotor jatuh tempo adalah 30 hari. Atau 2/10 E.O.M. net 30, E.O.M. yang berarti diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya. 
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencatat penjualan dan diskon penjualan antara lain :

a. Metode Kotor (Gross Method)
Diskon penjualan hanya diakui dalam akun apabila pembayaran diterima dalam periode diskon. Diskon penjualan akan ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.

b. Metode Bersih (Net Method)
 Diskon penjualan yang tidak diambil mencerminkan pinalti atau denda yang ditambahkan pada harga yang ditetapkan untuk merangsang pembayaran secepatnya. Yaitu, penjual menawarkan penjualan kredit pada harga lebih tinggi dibanding penjualan tunai, dan kenaikannya di offset oleh diskon tunai yang ditawarkan. Jadi, pembeli yang membayar dalam periode diskon membeli secara tunai, sedangkan mereka yang membayar setelah berakhirnya periode diskon akan didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi harga tunai. Diskon penjualan yang hilang ini diperlakukan sebagai “pendapatan lain-lain’.
Contoh soal Metode Kotor  dan  Metode Bersih :
·      Penjualan senilai 10.000, syarat 2/10, n/30
·      Pembayaran sebesar 4.000 diterima dalam periode diskon
·      Pembayaran sebesar 6000 diterima setelah periode diskon
Gross Method ( Metode Kotor)
Net Method (Metode Bersih)
Penjualan senilai 10.000, syarat 2/10, n/30
Piutang Dagang     10.000
Penjualan                 10.000
Piutang Dagang    9.800
Penjualan              9.800
Pembayaran sebesar 4.000 diterima dalam periode diskon :
Kas                        3.920
Disk. Penj                   80
Piutang Dagang           4.000
Kas                        3.920
Piutang Dagang      3920
Pembayaran sebesar 6000 diterima sesudah periode diskon :
Kas                       6000
Piutang Dagang           6000
Kas                       6000
Piutang  Dagang        5880
Disk Penj yg tidak     
Diambil                       120

       RETUR DAN PENGURANGAN PENJUALAN
            Kadang-kadang barang dikembalikan oleh pembeli atau pengurangan harga harus diberikan karena kerusakan atau tidak dipesan. Jika barang dikembalikan atau pengurangan harga harus diberikan maka piutang dagang harus dikurangi dengan mendebet akun retur dan pengurangan penjualan (sales return and allowance).





D.  Penilaian Piutang Usaha/Dagang (Valuation)
Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi, diklasifikasikan sebagai lancar; sementara yang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian dalam  Laporan Posisi Keuangan. Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks yaitu piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net realizable value), jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang.

Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi piutang tak tertagih
1)        Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan atas dasar penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih atau kerugian piutang).

Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih :
a.    Metode penghapusan langsung (direct write of method)
Metode ini mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana telah diputuskan bahwa suatu piutang tertentu  tidak akan dapat ditagih. Pendukung metode ini berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta bukan estimasi. Metode ini dipandang praktis dan mudah diaplikasikan. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat, sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mendebit Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Piutang Usaha/Dagang sebesar jumlah piutang dagang yang tidak tertagih.

Contoh : Pada tanggal 1 April 2014 PT DIASWATI menjual barang dagangan secara kredit kepada CV Kencana sebesar Rp 100.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Pada tanggal 1 Mei 2014 CV Kencana karena pailit dinyatakan tidak mampu membayar kewajiban keuangannya.

Jurnal yang dibuat oleh PT DIASWATI adalah sebagai berikut :
-       Pada saat timbulnya piutang (1 April 2014)
Piutang Dagang                      Rp 100.000,-
            Penjualan                                             Rp 100.000,-
-       Pada saat mencatat kerugian piutang (1 Mei 2014)
Beban Kerugian Piutang         Rp 100.000,-
            Piutang Dagang                                  Rp 100.000,-
b.    Metode cadangan/penyisihan (allowance method)
Metode cadangan/penyisihan mencatat beban kerugian atas dasar estimasi yang dilakukan pada akhir periode akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan, meskipun piutang tersebut belum diketahui pasti tidak tertagih.
Tiga hal yang penting berkaitan dengan metode penyisihan yaitu :
·      Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun X maka kerugian piutang diakui pada tahun X juga.
·      Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebit Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan Kerugian Piutang melalui jurnal penyesuaian. Rekening Beban Kerugian Piutang akan dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif sebagai elemen Biaya Operasional, sedangkan rekening Cadangan Kerugian Piutang akan dilaporkan sebagai rekening pengurang dari pos Piutang Dagang dalam Laporan Posisi keuangan.
·      Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebit rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkredit rekening Piutang Usaha/Dagang pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.

Contoh : Pada tanggal 31 Desember 2014 kerugian piutang PT. DIASWATI ditaksir sebesar Rp 60.000,- Pada Tanggal 5 Januari 2015, piutang dagang sebesar Rp 20.000,- benar-benar tak tertagih (dihapus).
Jurnal yang dibuat oleh PT DIASWATI adalah sebagi berikut :
31 Des 2014  Beban Kerugian Piutang                  Rp 60.000,-
Cadangan Kerugian Piutang                    Rp 60.000,-
                                    (Jurnal untuk mencatat besarnya taksiran kerugian piutang)
                 5 Jan 2015     Cadangan Kerugian Piutang            Rp 20.000,-
                                                Piutang Dagang                                       Rp 20.000,-
                                    (Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang)
           
                 Cara Menaksir Besarnya Kerugian Piutang
            Besarnya kerugian piutang dapat ditaksir dengan menggunakan 3 macam cara sebagai berikut :
1.      Prosentase dari Hasil Penjualan Bersih (Percentage of Sales Approach)
      Besarnya kerugian piutang ditentukan dengan mengalikan sejumlah prosentase tertentu dengan hasil penjualan bersih. Yang dimaksud dengan hasil penjualan bersih adalah total penjualan bersih atau dapat pula berarti total penjualan kredit bersih, mengingat karena piutang timbul dari penjualan kredit. Cara penaksiran kerugian piutang ini menggunakan pendekatan laporan laba-rugi (Income Statement Approach).

      Contoh : PT DIASWATI menggunakan metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang. Pada tanggal 31 Desember 2014 kerugian piutanng ditaksir sebesar 10% dari penjualan kredit bersih. Data mengenai hasil penjualan tahun 2014 sebagai berikut :
      Total penjualan bersih             Rp 20.000.000,-
      (Penjualan tunai sebesar Rp 12.500.000,-)
                            Kerugian piutang :
                 5%X(Rp 20.000.000 – Rp 12.500.000) = Rp 375.000

Jurnal untuk menaksir kerugian piutang tahun 2014 adalah :
                 31 Des 2014  Beban Kerugian Piutang              Rp 375.000,-
                                                          Cadangan Kerugian Piutang                      Rp 375.000,-

      Untuk menentukan besarnya prosentase, dapat dihitung berdasarkan perbandingan rata-rata antara jumlah piutang yang tidak tertagih dengan total penjualan bersih atau penjualan kredit bersih selama beberapa tahun lalu.
     
Misalnya berikut ini adalah data mengenai total penjualan bersih, penjualan kredit bersih dan piutang yang tidak tertagih selama 5 tahun terakhir :

Tahun
Total Penjualan Bersih
Penjualan Kredit Bersih
Jumlah Piutang Tak Tertagih
2009
Rp   8.000.000,-
Rp   2.500.000,-
Rp    117.000,-
2010
Rp 10.500.000,-
Rp   3.500.000,-
Rp    119.500,-
2011
Rp 12.500.000,-
Rp   4.000.000,-
Rp    123.500,-
2012
Rp 15.000.000,-
Rp   5.000.000,-
Rp    130.000,-
2013
Rp 18.000.000,-
Rp   6.000.000,-
Rp    147.500,-
Jumlah
Rp 64.000.000,-
Rp  21.000.000,-
Rp    637.500,-
                       
                 Berdasarkan data tersebut diatas, maka besarnya prosentase kerugian piutang adalah sebagai berikut :
-       Prosentase kerugian piutang dari Total Penjualan Bersih =
-       Prosentase kerugian piutang dari Penjualan Kredit Bersih =
                 Jika pada tahun 2014 diperoleh data sebagai berikut :
                 Total penjualan bersih                                              Rp 20.000.000,-
                 Penjualan kredit bersih                                            Rp   7.500.000,-
                
                 Maka besarnya taksiran kerugian piutang tahun 2014 adalah sebagai berikut :
                 Jika dihitung berdasarkan % x Total Penjualan Bersih :
                       
                 Jurnal yang dibuat perusahaan :
                        Kerugian Piutang                                Rp 200.000,-
                                    Cadangan Kerugian Piutang                           Rp 200.000,-
                 Jika dihitung berdasarkan % x Pejualan Kredit Bersih :
                           
                 Jurnal yang dibuat perusahaan :
                        Kerugian Piutang                                Rp 225.000,-
                                    Cadangan Kerugian Piutang                           Rp 225.000,-




2.    Prosentase dari Saldo Piutang Dagang
          Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam Laporan Posisi Keuangan, oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan prosentase piutang (Laporan Posisi Keuangan) yaitu menaksir besarnya kerugian piutang berdasarkan prosentase tertentu dari saldo piutang dagang pada akhir tahun yang bersangkutan. Pendekatan ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan satu tarif gabungan (composite rate)  yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih.
              Misalnya saldo piutang dagang per 31 desember 2014 adalah sebesar Rp 4.000.000,- kerugian piutang ditaksir sebesar 5% dari saldo piutang dagang.
              Jumlah kerugian piutang tahun 2014 adalah sebesar :
                       

3.    Analisa Umur Piutang
          Pendekatan lainnya yang lebih sensitif terhadap status akrual dari piutang usaha adalah menetapkan skedul umur piutang (againt schedule) dan menerapkan prosentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur.
          Umur piutang masing-masing debitur digolong-golongkan, baik yang belum jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo. Bagi piutang debitur yang telah jatuh tempo, semakin lama jaraknya dengan jatuh temponya maka semakin besar pula kemungkinan tidak tertagihnya. Dengan demikian dalam menaksir besarnya kerugian piutang, masing-masing kelompok umur piutang ditentukan besarnya prosentase kerugian, dimana semakin lama umur piutang dari saat jatuh tempo semakin besar pula prosentase kerugiannya.

Misalnya, saldo piutang dagang PT DIASWATI pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 6.000.000- yang terdiri dari :

Nama Debitur
Saldo Piutang
31 Desember 2014
Tanggal Jatuh Tempo
CV Lestari
Rp 1.000.000,-
19 November 2014
PT Permata
Rp 1.500.000,-
5 Desember 2014
PT Sinar
Rp 2.000.000,-
3 Oktober 2014
Fa Dayto
Rp    500.000,-
13 Agustus 2014
Fa Hitari
Rp 1.000.000,-
15 Januari 2015

Penggolongan umur piutang dan besarnya prosentase kerugian masing-masing golongan umur piutang tersebut adalah sebagai berikut :
          Golongan Umur Piutang                              %Kerugian
          Belum jatuh tempo                                                   0,5
          Telah jatuh tempo                                                      
-          Lewat dari 1-30 hari                                             2
-          Lewat dari 31-60 hari                                           5
-          Lewat dari 61-90 hari                                           10
-          Lewat lebih dari 90 hari                                        20

                        Berdasarkan data tersebut diatas, besarnya kerugian piutang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

PT DIASWATI
ANALISA UMUR PIUTANG
31 Desember 2014

Nama Debitur
Saldo Piutang per 31 Des 2014
Belum Jatuh Tempo
Lewat Jatuh Tempo (dalam hari)
1 - 30 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
>90 hari
CV Lestari
Rp1.000.000

Rp1.000.000
PT Permata
Rp1.500.000

Rp1.500.000
PT Sinaran
Rp2.000.000

Rp2.000.000
Fa. Dayto
Rp   500.000

Rp500.000
Fa. Hitari
Rp1.000.000
Rp1.000.000
 Jumlah
 Rp6.000.000
Rp1.000.000
Rp1.500.000
Rp1.000.000
Rp2.000.000
Rp500.000

Prosentase Kerugian Piutang
0.5 %
2 %
5 %
10 %
20 %



Metode Penyisihan
Metode Penghapusan Langsung
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang
Des 31 
Kerugian piutang       xxx
CKP                                xxx
Dalam metode ini tidak dilakukan taksiran atas kerugian piutang
Pencatatan Penghapusan Langsung
CKP                           xxx
Piutang dagang               xxx
Pencatatan Penghapusan Langsung
Kerugian piutang       xxx
Piutang dagang       xxx
Penerimaa n Kembali piutang yang sudah dihapus
Piutang dagang         xxx
CKP                               xxx
(Untuk mencatat kembali piutang yang sudah dihapus)
Kas                           xxx
Piutang dagang               xxx
(Untuk mencatat penerimaan kas)
Penerimaan Kembali piutang yang sudah dihapus
Piutang Dagang         xxx
Kerugian piutang    xxx
(Mencatat kembali piutang yang sudah dihapus)
Kas                             xxx
Piutang dagang       xxx
(mencatat penerimaan kas)

2.      Penghapusan piutang usaha yang telah dihapus
Apabila piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet “penyisihan untuk piutang tak tertagih” dan mengkredit “piutang usaha”. Jika yang dipakai adalah metode penghapusan langsung, maka jumlah yang ditagih didebet ke kas, dan dikredit kea kun pendapatan yang berjudul jumlah tak tertagih yang dipulihkan. 

Tajndksndckslmflskv

3.      Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan dan pengurangan harga dilaporkan sebagai pengoffset atas pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi. Retur dan pengurangan diakumulasikan secara terpisah, bukan didebet secara langsung ke akun penjualan agar pembaca laporan mengetahui jumlahnya masing-masing.




















CONTOH
PT Dinamika menyadari bahwa 6% dari piutang usahanya yang beredar sebesar Rp 50.000.000 akan dikembalikan atau harus dilakukan beberapa penyesuaian terhadap harga jualnya.

penghilangan beban sebesar (6% x 50.000.000) = 3.000.000 memiliki pengaruh yang material terhadap laba bersih periode berjalan.
Ayat jurnal untuk mencerminkan retur penjualan dan pengurangan harga yang diantisipasi adalah:

Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Penyisihan untuk Retur Penjualan dan Pengurangan Harga

Rp 3.000.000,-
Rp 3.000.000,-













E.     Pengakuan Wesel Tagih
Suatu wesel tagih didukung oleh promes (promissory note) formal, yaitu  janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan. Wesel semacam  itu merupakan instrumen yang dapat dinegosiasikan yang ditandatangani oleh pembuat (maker) untuk kepentingan yang dibayar atau penerima (payer).
Wesel diklasifikasikan menjadi 2 jenis :
1.      Wesel Berbunga (interest-bearing notes)
Wesel berbunga memiliki suku bunga ditetapkan

2.      Wesel tanpa Bunga (zero-interest-bearing notes)
Wesel tidak berbunga (bunga nol) memasukkan bunga sebagai bagian dari nilai nominal yang tidak dinyatakan secara eksplisit. Sedangkan Wesel yang diterbitkan pada nilai nominal, untuk mengilustrasikan pendiskontoan wasel yang diterbitkan pada nilai nominal, asumsikan bahwa X corp. meminjamkan $10.000 kepada Y Imports dan menerima wesel berbunga dengan jangka waktu tiga tahun senilai $10.000 dengan suku  bunga tahunan 10%. Suku bunga pasar wesel dengan resiko serupa juga 10%.
Nilai sekarang atau harga pertukaran wesel dihitung sebagai berikut : 
Nilai nominal wesel         $10.000
Nilai sekarang pokok: $10.000 (PVF3,10%) =$10,000×0,75132 $7.513 Nilai sekarang bunga: $1.000 (PVF-OA3,10%)=$1.000×2,48685   2.487 Nilai sekarang wesel                  10.000 Selisih         $   -0- 
Dalam kasus ini, nilai sekarang wesel dan nilai nominalnya adalah sama, yaitu $10.000, karena suku bunga efektif dan ditetapkan juga sama. Penerimaan wesel dicatat oleh X corp. sebagai berikut : Wesel tagih    10.000  Kas     10.000 X corp. juga akan mengakui bunga yang dihasilkan setiap tahun sebagai berikut : Kas     1.000  Pendapatan bunga   1.000
Wesel jangka pendek biasanya dicatat pada nilai nominal (dikurangi penyisihan) karena bunga implicit dalam nilai jatuh tempo adalah tidak material.
Wesel tagih yang diperlakukan sebagai ekuivalen kas (jatuh tempo < 3 bulan), bukan merupakan subyek amortisasi premi/diskonto.
Wesel jangka panjang, harus dicatat dan dilaporkan pada nilai sekarang dari kas yang diperkirakan akan tertagih.
Apabila suku bunga ditetapkan (yang tertera pada kontrak) atas wesel berbunga sama dengan suku bunga efektif (pasar), maka wesel tersebut dijual pada nilai nominal.
Jika suku bunga berbeda ditetapkan berbeda dengan suku bunga pasar, maka kas yang dipertukarkan (nilai sekarang) berbeda dengan nilai nominal wesel.
Selisih antara nilai nominal dengan kas yang ditukarkan, merupakan diskonto/premi, dan akan dicatat dan diamortisasikan sepanjang umur wesel, agar mendekati suku bunga efektif (pasar).
3.      Wesel yang diterbitkan bukan pada nilai nominal
a.       Wesel berbunga nol Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol, maka nilai sekarangnya adalah kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel. Karena baik jumlah masa depan maupun nilai sekarang wesel telah diketahui, maka suku bunga dapat dihitung. Suku bunga implisit adalah suku bunga yang akan menyamakan kas yang dibayarkan dengan jumlah piutang di masa depan. Selisih antara jumlah masa depan (nilai nominal)dengan nilai sekarang (kas yang dibayarkan) dicatat sebagai diskonto dan diamortisasikan ke pendapatan bunga sepanjang umur wesel.  
b.      Wesel berbunga Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut dipertukarkan pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debet dan diamortisasikan menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel sebagai pengurang tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui.
c.       Wesel yang diterima untuk properti, barang atau jasa Jika wesel diterima sebagai pertukaran properti, barang atau jasa dalam suatu transaksi yang wajar, yang suku bunga ditetapkan diasumsikan cukup wajar kecuali :
a)      Tidak ada suku bunga yang ditetapkan, atau
b)      Suku bunga yang ditetapkan tidak masuk akal, atau
c)      Jumlah nominal dari wesel berbeda secara material dari harga jual tunai saat ini untuk pos-pos yang serupa atau dari nilai pasar sekarang instrument utang. Dalam situasi ini, nilai sekarang wesel diukur oleh nilai wajar properti, barang, atau jasa atau oleh jumlah yang secara layak mendekati nilai pasar wesel.
4.      Pilihan suku bunga Proses perkiraan suku bunga dinamakan dengan perhitungan suku bunga yang layak  (impultation), dan hasilnya dinamakan suku bunga terkait (imputed interest rate).Pilihan suku bunga ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku bagi penerbit instrumen serupa dengan peringkat kredit yang sama. 

F.      Penilaian Wesel Tagih
Seperti piutang usaha, wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai realisasi bersihnya, yaitu pada jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang diperlukan.. Akun penyisihan wesel tagih yang utama adalah Penyisihan untuk Wesel Tak Tertagih. Namun wesel tagih jangka panjang menimbulkan masalah estimasi tambahan. Kita hanya perlu melihat masalah yang dihadapi oleh institusi keuangan, terutama bank-bank pusat uang, dalam menagih piutang dari pinjaman energi, pinjaman riil estate, dan pinjaman kepada Negara kurang berkembang. Wesel tagih berkurang nilainya (impaired) jika terdapat kemungkinan bahwa kreditor tidak akan mampu menagih seluruh jumlah yang terutang (baik pokok maupun bunga) sesuai dengan ketentuan kontraktual pinjaman. 

G.    Disposisi Piutang Usaha dan Wesel Tagih Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha atau wesel tagih kepada perusahaan lainnya secara tunai.  Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat dilakukan dalam salah satu dari dua cara berikut :
1.      Peminjaman yang dijamin Piutang seringkali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitor menunjuk (menetapkan) atau menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman tidak dibayar pada saat jatuh tempo, maka kreditor memiliki hak untuk mengkonversi jaminan itu menjadi kas yaitu untuk menagih piutang.
2.      Penjualan piutang Penjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhirPenjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Jenis penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor. Factor adalah perusahaan pembiyaan atau bank yang membeli piutang dari perusahaan untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang secara langsung dari pelanggan. Anjak Piutang (factoring receivables) secara tradisional berhubungan dengan industri tekstil, pakaian, sepatu furniture, dan peralatan rumah tangga.  
Prosedur Dasar dalam Factoring              
                                                                            (2) Meminta penelaahan kredit (6) Melakukan pembayaran                                                              (4) Menyerahkan kas   
(1) Menyampaikan pesanan 
(5) Mengirimkan barang   
Seperti disebutkan dalam cerita pembuka, salah satu fenomena baru dalam penjualan (transfer) piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi (securitization) dapat berupa pool aset seperti piutang kartu kredit, piutang hipotik, atau piutang pinjaman mobil dan menjual sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool tersebut. Sebenarnya, ini sama saja dengan menciptakan sekuritas yang didukung oleh pool aset tersebut. Hampir setiap aset yang memiliki aliran pembayaran dan sejarah pembayaran jangka panjang bisa merupakan calon sekuritisasi. Perbedaan antara factoring dengan sekuritisasi adalah bahwa factoring biasanya melibatkan penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas piutang rendah, dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Dalam sekuritisasi, banyak investor terlibat, marjinnya sedikit, kualitas piutang tinggi, dan penjual biasanya terus menagih piutang. Baik dalam transaksi factoring maupun sekuritisasi, piutang dapat dijual atas dasar tanpa tanggung renteng atau dengan tanggung renteng.  
Tanggung Renteng Tanggung renteng adalah hak penerima transfer piutang untuk menerima pembayaran dari pelaku transfer:
FACTOR 
(3) Menyetujui kredit                
PERUSAHAAN 
Perusahaan manufaktur atau  distributor
PELANGGAN 
Pengecer Atau grosir
(1) Jika debitor tidak mampu melunasi piutang pada saat jatuh tempo (2) Untuk pengaruh sebelum pembayaran, atau  (3) Untuk penyesuaian yang muncul akibat turunnya nilai piutang yang ditransfer. 
Penjualan tanpa Tanggung renteng Jika piutang dijual tanpa tanggung renteng (without resource), maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Transfer piutang usaha dalam transaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan penjualan piutang usaha secara langsung baik dalam bentuk (transfer kepemilikan) maupun dalam subtansinya (transfer pengendalian). Dalam transaksi tanpa tanggung renteng, seperti dalam setiap penjualan aset, penjual mendebit kas untuk hasil yang diterima dan mengkredit piutang usaha sebesar nlai nominal piutang. Selisihnya, yang dikurangi dengan setiap provisi untuk penyesuaian piutang yang mungkin (diskon, retur, pengurangan harga, dan sebagainya), diakui sebagai kerugian atas penjualan piutang.  Penjual menggunakan akun terhutang dari factor (dilaporkan sebagai piutang) untuk mencatat hasil yang ditahan oleh factor untuk menutupi diskon penjualan, retur penjualan, dan pengurangan harga. Sebagai contoh, Crest Textiles, Inc. mem-factorkankan piutang usaha senilai $500.000 kepada Commercial Factors, Inc., atas dasar tanpa tanggung renteng. Catatan piutang ditransfer ke Commercial Factors, Inc., yang akan menerima penagihan. Commercial Factors, Inc. mengenakan beban pembiayaan sebesar 3% dari jumlah piutang usaha dan menahan sejumlah hasil yang besarnya sama dengan 5% dari piutang usaha. Ayat jurnal untuk mencatat transfer piutang tanpa tanggung renteng, baik bagi Crest Textiles maupun Commercial Factors, adalah sebagai berikut:    
Ayat Jurnal untuk Mencatat Penjualan Piutang tanpa Tanggung Renteng 
Crest Textiles, Inc. Kas                                                                                        460.000 Terutang dari faktor                                                                25.000* Kerugian atas Penjualan Piutang                                            15.000** PiutangUsaha (Wesel Tagih)                                                                    500.000 *(5% x $500.000) **(3% x $500.000) 
Commercial Factors, Inc. Piutang Usaha (Wesel Tagih)                                                500.000 Terutangkepada Crest Textiles                                                                   25.000 PendapatanPembiayaan                                                                              15.000 Kas                                                                                                            460.000 
Dalam mengakui penjualan piutang, Crest Textiles mencatat kerugian sebesar $15.000. Laba bersih factor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan, $15.000, dengan jumlah setiap piutang yang tidak dapat ditagih. 
Penjualan dengan Tanggung Renteng Jika piutang dijual dengan tanggung renteng (with recourse), maka penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitor tidak mampu membayar. Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen keuangan (financial components approach), karena penjual akan terus terlibat mengakui aktifa dan kewajiban yang mereka kendalikan setelah penjualan. Sebagai contoh, asumsikan informasi yang sama seperti dalam contoh untuk Crest Textiles dan commercial Factors, kecuali bahwa piutang dijual atas dasar tanggung renteng. Telah ditentukan bahwa kewajiban tanggung renteng ini
memiliki nilai wajar sebesar $6.000. Untuk menghitung kerugian atas penjualan piutang oleh Crest, hasil bersih dari penjualan itu dihitung sebagai berikut: Perhitungan Hasil Bersih Kas yang diterima                                             $460.000 Terutang dari factor                                               25.000             $485.000           Dikurangi: Kewajiban tanggung renteng                                             6.000 Hasil bersih                                                                                   $479.000 
Hasil bersih (net proceeds) adalah kas atau aset lainnya yang diterima dalam penjualan dikurangi setiap kewajiban yang terjadi. Kerugiannya dihitung sebagai berikut: Perhitungan Kerugian atas Penjualan Nilai buku (tercatat)                                                       $500.000 Hasil bersih                                                                      479.000 Kerugian atas penjualan piutang                                 $21.000 
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan piutang dengan tanggung renteng, baik untuk Crest Textiles maupun Commercial Factors, disajikan sebagai berikut: Ayat Jurnal untuk Mencatat Penjualan Piutang dengan Tanggung Renteng Crest Textiles, Inc. Kas                                                                                     460.000 Terutang dari factor                                                             25.000 Kerugian atas Penjualan Piutang                                         21.000 Piutang Usaha (Wesel tagih)                                                              500.000 Kewajiban Tanggung Renteng                                                               6.000  
Commercial Factors, Inc. Piutang Usaha                                                                    500.000 Terutang kepada Crest Textiles                                                       25.000
Pendapatan Pembiayaan                                                                       15.000 Kas                                                                                                      460.000 
Dalam kasus ini, Crest Textiles mengakui kerugian sebesar $21.000. Selain itu, suatu kewajiban sebesar $6.000 juga dicatat untuk menunjukkan pembayaran yang mungkin terjadi kepada Commercial Factors atas piutang tak tertagih. Jika seluruh piutang tertagih, maka Crest Textiles akan mengeleminasi kewajiban tanggung renteng dan menaikkan laba. Laba bersih Commercial Factors adalah pendapatan pembiayaan sebesar $15.000 karena tidak akan memiliki piutang ragu-ragu yang berhubungan dengan piutang tersebut. 
Peminjaman yang Dijamin vs. Penjualan  FASB telah menyimpulkan bahwa penjualan hanya terjadi jika penjual menyerahkan kendali atas piutang kepada pembeli. Tiga kondisi berikut harus terpenuhi sebelum suatu penjualan bisa dicatat: (1) Aset yang akan ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer (ditempatkan diluar jangkauan pelaku transfer dan kreditornya). (2) Penerima transfer telah mendapatkan hak untuk menggadaikan atau menukar aset yang ditransfer ataupun manfaat dalam aset yang ditransfer tersebut. (3) Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali yang efektif atas aset yang ditransfer baik melalui kesepakatan pembelian kembali maupun menebusnya sebelum jatuh tempo. Jika ketiga kondisi di atas telah terpenuhi, maka penjualan dapat terjadi. Jika tidak, maka pelaku transfer harus mencatat transfer itu sebagai peminjaman yang dijamin (secured borrowing). Jika akuntansi untuk penjualan sudah tepat, maka pihak yang terlibat masih harus mempertimbangkan aset yang diperoleh dan kewajiban yang akan ditanggung dalam transaksi itu. Aturan akuntansi untuk transfer piutang ditampilkan dalam contoh dibawah ini. Seperti ditunjukkan dalam ilustrasi dibawah ini, jika masih ada keterlibatan dalam transaksi penjualan, maka
aset yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung harus dicatat pada nilai wajarnya.  
Akuntansi untuk Transfer Piutang                         
                                                                      
                            Ya                                                      Tidak                                       Ya                                    Tidak           
Penyajian Piutang Aturan umum dalam pengklasifikasian piutang adalah:
Transfer Piutang
Apakah memenuhi tiga kondisi?                             1. Aset yang ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer. 2. Penerima transfer telah memiliki hak untuk menggadaikan atau menjual aset. 3. Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali melalui kesepakatan pembelian kembali.
Apakah masih ada keterlibatan? Catat sebagai peminjaman yang dijamin: 1. Mencatat kewajiban 2. Mencatat beban bunga  Catat sebagai penjualan: Gunakan pendekatan komponen keuangan: 1. Mengurangi piutang 2. Mengakui aset yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung 3. Mencatat keuntungan atau kerugian Catat sebagai penjualan: 1. Mengurangi piutang 2. Mencatat keuntungan atau kerugian 
1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material; 2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang terkait; 3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasi dalam kelompok aktifa lancar akan dikonversikan menjadi kas dalam stu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang; 4. Mengungkapkan setiap kontinjensi kerugian yang ada pada piutang; 5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan; 6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari resiko kredit yang berasal dari piutang. Kelompok aset dari Laporan Posisi Keuangan Colton Corporation yang diperlihatkan pada ilustrasi dibawah ini, menggambarkan banyaknya pengungkapan yang diperlukan untuk piutang: 
Colton Corporation Laporan Posisi Keuangan (Parsial) Per 31 Desember 2007 Aktifa lancer                                                                                   $ 1.870.250 Kas dan ekuivalen kas                        Piutang usaha (Catatan 2)                                        $ 8.977.673 Dikurangi: Penyisihan untuk piutang tak tertagih         500.266 
Uang muka kepada anak perusahaan yang jatuh tempo 30/9/08                                                             2.090.000 Wesel tagih-dagang (Catatan 2)                                 1.532.000 Pajak penghasilan federal yang dapat dikembalikan    146.704 Piutang dividend dan bunga                                           75.500 Piutang atau klaim lainnya (termasuk saldo debit dalam utang usaha)                                                                  174.620      12.496.271 Total aset lancar                                                                           14.366.521
Piutang tidak lancar                                                       Wesel tagih dari staf dan karyawan kunci                                           376.000 Piutang klaim (penyelesaian litigasi yang akan ditagih                       selama 4 tahun)                                                                                    585.000 Catatan 2: Piutang Usaha dan Wesel Tagih Pada bulan November 2007, perusahaan mengadakan perjanjian dengan sebuah perusahaan keuangan untuk membiayai kembali sebagian utang. Pinjaman ini dibuktikan oleh wesel bayar 12%. Wesel ini dapat dibayar bila diminta dan dijamin oleh hamper seluruh piutang usaha.   
Analisis Piutang Rasio Perputaran Piutang Rasio keuangan sering kali digunakan untuk mengevaluasi likuiditas piutang usaha perusahaan. Rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas piutang adalah rasio perputaran piutang (receivables turnover ratio). Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu periode. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan piutang ratarata (bersih) yang beredar selama tahun berjalan. Secara teoritis, penyebutnya hanya memasukkan penjualan kredit bersih. Namun, informasi ini seringkali tidak tersedia, dan jika jumlah relatif dari penjualan tunai dan penjualan kredit tetap konstan secara wajar, maka kecerendungan yang ditunjukkan oleh rasio perputaran piutang tetap absah. Kecuali kalau faktor-faktor musiman signifikan, jumlah piutang rata-rata yeng beredar dapat dihitung dari saldo awal dan akhir piutang dagang bersih. Sebagai contoh, Circuit City melaporkan penjualan bersih tahun 2004 sebesar $9.745 juta. Saldo awal dan akhir piutang masing-masing adalah $380 juta dan $580 juta. Rasio perputaran piutang usaha dihitung seperti contoh dibawah ini: 
            Penjualan bersih              = Perputaran piutang usaha Piutang usaha rata-rata (bersih)                                                    $9.745        = 20,3 kali, atau setiap 18 hari (365+20,3)                                             ($580 + $380)/2 

Informasi ini menunjukkan seberapa berhasil perusahaan melakukan penagihan piutang yang beredar. Jika mungkin, skedul umur piutang juga dapat dibuat untuk menentukkan seberapa lama piutang beredar. Bisa jadi rasio perputaran piutang yang memuaskan muncul karena piutang tertentu ditagih terlalu cepat sementara piutang lainnya beredar dalam jangka waktu yang relatif lama. Suatu skedul umur piutang akan mengungkapkan pola semacam itu.