PIUTANG
(RECEIVABLES)
A. Pengertian
Piutang
o
Menurut Zaki Baridwan (1992:124)
pengertian piutang sebagai akibat dari usaha normal perusahaan tersebut piutang
dagang atau dengan kata lain bahwa piutang dagang menunjukkan piutang yang
timbul dari penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
o
Menurut
Kieso dan Weygant mendefinisikan pengertian piutang sebagai berikut : Receivables
are claims held against customers and others for money, goods, or service.
o
Menurut S.Hadibroto piutang merupakan
klaim terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa,
untuk maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu
merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang.
Berdasarkan definisi di atas dapat
diketahui bahwa piutang (receivable) adalah
tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari
penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau
memberikan pinjaman kepada karyawan, memberi uang muka pada anak perusahaan,
atau penjualan aset tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan
perusahaan kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi
kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar
secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu kas – persediaan
– piutang – kas. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya
dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai
tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan, karena perputaran
dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah, yang penting kebijaksanaan kredit
yang efektif dan prosedur – prosedur penagihan untuk menjamin penagihan untuk
menjamin penagihan piuang yang tepat pada waktunya dan menguurangi kerugian
akibat piutang tak tertagih.
B. Klasifikasi
Piutang
· Klasifikasi piutang dalam laporan keuangan :
Pada umumnya piutang
diklasifikasikan sebagai piutang lancar (current receivable) yaitu piutang yang waktu jatuh temponya satu tahun atau kurang, dalam satu siklus operasi normal (normal operating cycle) perusahaan.
Tetapi apabila jatuh temponya
lebih dari satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai aset lancar menjadi tidak
tepat, untuk itu disebut piutang tidak lancar (noncurrent receivable).
· Klasifikasi piutang dalam
Laporan Posisi Keuangan
:
a. Piutang
dagang (trade receivable)
Piutang dagang (trade receivable)
adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah
diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya
yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa diklasifikasikan menjadi dua yakni :
-
Piutang usaha (account receivable)
adalah janji lisan dari pelanggan
untuk membayar sejumlah
uang atas barang atau jasa yang dijual secara kredit.
-
Wesel
tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan.
b. Piutang
nondagang (nontrade receivable)
Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau
mengirimkan sesuatu , antara lain :
a) Uang
muka kepada karyawan dan staf (Advances
to officers and employees)
b) Uang
muka kepada anak perusahaan (Advances to subsidiaries)
c) Deposito
untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan (Deposits to cover potential damages or
losses)
d) Deposito
sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran (Deposits as a guarantee of
performanca or payment)
e) Piutang
dividen dan bunga (Dividends and
interest receivable)
f) Klaim
terhadap :
a. Perusahaan
asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan;
b. Terdakwa
dalam satu perkara hukum;
c. Badan-badan
pemerintah untuk pengembalian pajak;
d. Perusahaan
pengangkut untuk barang yang rusak atau hilang;
e. Kreditor
untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang;
f. Pelanggan
untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, container, dan
sebagainya.
· Klasifikasi piutang pada umumnya antara lain:
1. Piutang
Usaha (Accounts Receivable)
Piutang Usaha (Accounts
Receivable) adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit. Piutang
usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aset.
Piutang usaha biasanya diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu relatif
pendek, biasanya dalam waktu 30 sampai 60 hari yang merupakan piutang terbuka.
2. Piutang
Wesel/Wesel Tagih
(Notes
Receivable)
Piutang wesel (notes
receivable) adalah janji tertulis bersyarat dari satu pihak ke pihak lain
untuk membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang atau tagihan
perusahaan kepada pembuat wesel atau pihak yang telah berhutang kepada
perusahaan, baik melalui pembelian barang dan jasa secara kredit maupun melalui
peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang berjanji kepada perusahaan untuk
membayar sejumlah uang tertentu dalam kurun waktu tertentu sesuai yang tertera dalam surat perjanjian yang
ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Jangka
waktu minimal 60 hari.
3. Piutang
Lain-lain (Other Receivable)
Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak termasuk kedalam piutang
usaha maupun wesel tagih. Misalnya : pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman
kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha.
Perbedaan jenis-jenis
piutang secara umum :
Piutang Dagang/Usaha
|
Piutang Wesel
|
Piutang lain-lain
|
Jangka waktu kurang dari 1 tahun
2/10, n/30
|
Jangka waktu bermacam-macam tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari
|
Jangka waktu lebih dari satu tahun atau termasuk dalam piutang jangka
panjang.
|
Dimasukkan dalam aset lancar
|
Bagian yang jatuh temponya dalam waktu 1 tahun diperlakukan sebagai aset lancar,
sedangkan yang lebih dari satu tahun piutang jangka panjang
|
Pada umumnya termasuk dalam piutang jangka panjang
|
Berkaitan dengan operasi utama perusahaan sehingga harus dapat ditagih
|
Mensyaratkan adanya jaminan sehingga jika saat jatuh tempo tidak dapat
melunasi maka jaminan tersebut dapat dijual
|
Tidak berkaitan dengan operasi sehari-hari dan biasanya dilaporkan di Laporan Posisi Keuangan sebagai kelompok aset tidak lancar.
|
C.
Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang/Usaha (Recognition)
Piutang dagang/usaha akan diakui berdasarkan accrual
basis dimana pengakuan piutang mendahului realisasi atau pembayaran. Jadi
piutang diakui tanpa dikaitkan kapan pembayaran kas akan diterima (accrual basis). Dalam
sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga
pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price)
adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan
umumnya dibuktikan dengan beberapa dokumen, misalnya faktur (invoice).
Pengakuan piutang dagang/usaha yang berasal dari penjualan barang
dipengaruhi oleh syarat pengiriman (terms of shipping). Jika syarat
pengirimannya adalah f.o.b (free on board) shipping point, piutang
dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah kepada pembeli di tempat
pegiriman, yaitu ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan
pengangkutan. Jika syarat pengirimannya adalah f.o.b destination,
piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah ke tangan pembeli di
tempat tujuan, yaitu ketika pembeli menerima barang dari perusahaan
pengangkutan. “Shipping Point” dan “Destination” sering ditunjukkan
dengan lokasi tertentu, misalnya f.o.b Jakarta dan f.o.b Pekanbaru.
Dua faktor yang bisa
memperumit pengukuran harga pertukaran adalah diskon penjualan (diskon dagang dan
diskon tunai) dan lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo.
DISKON PENJUALAN
Ada dua
cara mencatat diskon penjualan, yaitu :
1. Diskon
dagang (trade discount)
Harga barang biasanya
dapat dikenakan diskon dagang. Diskon dagang semacam itu digunakan untuk
menghindari perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga
yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas berbeda, atau untuk menyembunyikan
harga faktur yang sebenarnya dari pesaing.
Contoh :
Sebuah toko kelontong menjual bahan pokok seharga Rp 250.000 dengan memberikan
diskon 25 %. Maka piutang yang dicatat oleh penjual sebesar Rp 250.000 – (Rp
250.000X25%) = Rp 187.500
2. Diskon
tunai atau diskon penjualan (sales discount)
Diskon tunai diberikan
sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam
ini dinyatakan dalam bentuk istilah “termin” seperti 2/10, n/30 yang berarti apabila
dibayarkan dalam waktu 10 hari dari transaksi, maka akan mendapatkan diskon
sebesar 2%, dan jumlah kotor jatuh tempo adalah 30 hari. Atau 2/10 E.O.M. net 30,
E.O.M. yang berarti diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan, dengan
pembayaran penuh dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya.
Ada dua metode yang dapat
digunakan untuk mencatat penjualan dan diskon penjualan antara lain :
a. Metode Kotor (Gross Method)
Diskon penjualan hanya diakui dalam akun apabila pembayaran
diterima dalam periode diskon. Diskon penjualan akan ditunjukkan dalam laporan
laba rugi sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.
b. Metode Bersih (Net Method)
Diskon penjualan yang
tidak diambil mencerminkan pinalti atau denda yang ditambahkan pada harga yang
ditetapkan untuk merangsang pembayaran secepatnya. Yaitu, penjual menawarkan
penjualan kredit pada harga lebih tinggi dibanding penjualan tunai, dan kenaikannya
di offset oleh diskon tunai yang ditawarkan. Jadi, pembeli yang membayar dalam
periode diskon membeli secara tunai, sedangkan mereka yang membayar setelah berakhirnya
periode diskon akan
didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi harga tunai. Diskon penjualan yang hilang ini diperlakukan
sebagai “pendapatan lain-lain’.
Contoh
soal
Metode
Kotor dan Metode Bersih :
· Penjualan
senilai 10.000, syarat 2/10, n/30
· Pembayaran
sebesar 4.000 diterima dalam periode diskon
· Pembayaran
sebesar 6000 diterima setelah periode diskon
Gross Method ( Metode Kotor)
|
Net Method (Metode Bersih)
|
Penjualan senilai
10.000, syarat 2/10, n/30
|
Piutang
Dagang 10.000
Penjualan 10.000
|
Piutang Dagang 9.800
Penjualan 9.800
|
Pembayaran sebesar
4.000 diterima dalam periode diskon :
|
Kas 3.920
Disk. Penj 80
Piutang Dagang 4.000
|
Kas 3.920
Piutang Dagang
3920
|
Pembayaran sebesar
6000 diterima sesudah periode diskon :
|
Kas 6000
Piutang Dagang 6000
|
Kas 6000
Piutang Dagang 5880
Disk Penj yg tidak
Diambil 120
|
RETUR DAN
PENGURANGAN PENJUALAN
Kadang-kadang barang dikembalikan
oleh pembeli atau pengurangan harga harus diberikan karena kerusakan atau tidak
dipesan. Jika barang dikembalikan atau pengurangan harga harus diberikan maka
piutang dagang harus dikurangi dengan mendebet akun retur dan pengurangan
penjualan (sales return and allowance).
D. Penilaian
Piutang Usaha/Dagang (Valuation)
Piutang yang
diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi, diklasifikasikan
sebagai lancar; sementara yang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang.
Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian dalam Laporan Posisi Keuangan. Klasifikasi
melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian
piutang sedikit lebih kompleks yaitu piutang jangka pendek dinilai dan
dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net realizable value), jumlah
bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas yang tidak selalu
berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang.
Penentuan nilai realisasi bersih
memerlukan estimasi piutang tak tertagih
1)
Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan
atas dasar penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih
piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan. Kerugian
pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu
(atau beban piutang tak tertagih
atau kerugian piutang).
Ada dua prosedur untuk
mencatat piutang tak tertagih :
a. Metode
penghapusan langsung (direct write of method)
Metode ini mencatat piutang tak tertagih pada tahun
dimana telah diputuskan
bahwa suatu piutang tertentu tidak akan
dapat ditagih. Pendukung metode ini berpendapat bahwa yang dicatat haruslah
fakta bukan estimasi. Metode ini dipandang praktis dan mudah diaplikasikan. Metode
ini mempunyai kelemahan yaitu biasanya gagal menandingkan biaya dengan
pendapatan pada periode bersangkutan.
Tidak ada ayat jurnal
yang dibuat, sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian
kerugian tersebut dicatat dengan
mendebit Beban Kerugian Piutang
dan mengkredit
Piutang Usaha/Dagang
sebesar jumlah
piutang dagang yang tidak tertagih.
Contoh : Pada
tanggal 1 April 2014 PT DIASWATI menjual barang dagangan secara kredit kepada
CV Kencana sebesar Rp 100.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Pada
tanggal 1 Mei 2014 CV Kencana karena pailit dinyatakan tidak mampu membayar
kewajiban keuangannya.
Jurnal yang
dibuat oleh PT DIASWATI adalah sebagai berikut :
- Pada saat timbulnya piutang (1 April 2014)
Piutang
Dagang Rp 100.000,-
Penjualan Rp 100.000,-
-
Pada
saat mencatat kerugian piutang (1 Mei 2014)
Beban
Kerugian Piutang Rp 100.000,-
Piutang Dagang Rp 100.000,-
b. Metode
cadangan/penyisihan
(allowance method)
Metode
cadangan/penyisihan
mencatat beban kerugian atas
dasar estimasi yang dilakukan pada akhir periode akuntansi dimana penjualan
kredit dilakukan, meskipun piutang tersebut belum diketahui pasti tidak
tertagih.
Tiga hal
yang penting berkaitan dengan metode penyisihan yaitu :
·
Piutang yang tidak tertagih
ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai biaya pada periode
penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun X maka kerugian piutang
diakui pada tahun X juga.
·
Taksiran kerugian piutang
dicatat dengan mendebit Beban
Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan Kerugian Piutang
melalui jurnal penyesuaian. Rekening Beban Kerugian Piutang akan dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif sebagai elemen Biaya Operasional, sedangkan rekening Cadangan
Kerugian Piutang akan dilaporkan sebagai rekening pengurang dari pos Piutang
Dagang dalam Laporan Posisi keuangan.
·
Piutang yang benar-benar
tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebit rekening Cadangan Kerugian Piutang dan
mengkredit rekening Piutang Usaha/Dagang pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.
Contoh : Pada tanggal 31 Desember 2014 kerugian piutang PT. DIASWATI
ditaksir sebesar Rp 60.000,- Pada Tanggal 5 Januari 2015, piutang dagang
sebesar Rp 20.000,- benar-benar tak tertagih (dihapus).
Jurnal yang dibuat oleh PT DIASWATI adalah sebagi
berikut :
31 Des 2014 Beban
Kerugian Piutang Rp
60.000,-
Cadangan Kerugian Piutang Rp 60.000,-
(Jurnal untuk mencatat besarnya
taksiran kerugian piutang)
5 Jan 2015
Cadangan Kerugian Piutang Rp
20.000,-
Piutang Dagang Rp 20.000,-
(Jurnal untuk mencatat
penghapusan piutang)
Cara
Menaksir Besarnya Kerugian Piutang
Besarnya
kerugian piutang dapat ditaksir dengan menggunakan 3 macam cara sebagai berikut
:
1. Prosentase dari Hasil Penjualan Bersih (Percentage
of Sales Approach)
Besarnya
kerugian piutang ditentukan dengan mengalikan sejumlah prosentase tertentu
dengan hasil penjualan bersih. Yang dimaksud dengan hasil penjualan bersih
adalah total penjualan bersih atau dapat pula berarti total penjualan
kredit bersih, mengingat karena piutang timbul dari penjualan kredit. Cara
penaksiran kerugian piutang ini menggunakan pendekatan laporan laba-rugi (Income
Statement Approach).
Contoh : PT
DIASWATI menggunakan metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang. Pada
tanggal 31 Desember 2014 kerugian piutanng ditaksir sebesar 10% dari penjualan
kredit bersih. Data mengenai hasil penjualan tahun 2014 sebagai berikut :
Total penjualan bersih Rp 20.000.000,-
(Penjualan tunai sebesar Rp 12.500.000,-)
Kerugian piutang :
5%X(Rp 20.000.000 – Rp
12.500.000) = Rp 375.000
Jurnal
untuk menaksir kerugian piutang tahun 2014 adalah :
31 Des 2014 Beban Kerugian Piutang
Rp 375.000,-
Cadangan Kerugian Piutang Rp
375.000,-
Untuk menentukan besarnya prosentase,
dapat dihitung berdasarkan perbandingan rata-rata antara jumlah piutang yang
tidak tertagih dengan total penjualan bersih atau penjualan kredit bersih
selama beberapa tahun lalu.
Misalnya berikut ini adalah data mengenai total penjualan bersih,
penjualan kredit bersih dan piutang yang tidak tertagih selama 5 tahun terakhir
:
Tahun
|
Total Penjualan Bersih
|
Penjualan Kredit Bersih
|
Jumlah Piutang Tak Tertagih
|
2009
|
Rp
8.000.000,-
|
Rp
2.500.000,-
|
Rp
117.000,-
|
2010
|
Rp 10.500.000,-
|
Rp
3.500.000,-
|
Rp
119.500,-
|
2011
|
Rp 12.500.000,-
|
Rp
4.000.000,-
|
Rp
123.500,-
|
2012
|
Rp 15.000.000,-
|
Rp
5.000.000,-
|
Rp
130.000,-
|
2013
|
Rp 18.000.000,-
|
Rp
6.000.000,-
|
Rp
147.500,-
|
Jumlah
|
Rp 64.000.000,-
|
Rp
21.000.000,-
|
Rp
637.500,-
|
Berdasarkan data tersebut
diatas, maka besarnya prosentase kerugian piutang adalah sebagai berikut :
- Prosentase kerugian piutang dari Total Penjualan
Bersih =
-
Prosentase kerugian piutang dari Penjualan Kredit
Bersih =
Jika pada tahun
2014 diperoleh data sebagai berikut :
Total penjualan
bersih Rp 20.000.000,-
Penjualan kredit
bersih Rp
7.500.000,-
Maka besarnya taksiran kerugian piutang tahun 2014
adalah sebagai berikut :
Jika dihitung berdasarkan % x Total
Penjualan Bersih :
Jurnal yang dibuat perusahaan :
Kerugian Piutang Rp 200.000,-
Cadangan
Kerugian Piutang Rp
200.000,-
Jika dihitung berdasarkan % x
Pejualan Kredit Bersih :
Jurnal
yang dibuat perusahaan :
Kerugian Piutang Rp 225.000,-
Cadangan
Kerugian Piutang Rp
225.000,-
2.
Prosentase
dari Saldo Piutang Dagang
Tujuan dari metode ini
adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam Laporan Posisi Keuangan,
oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan prosentase piutang (Laporan Posisi
Keuangan) yaitu menaksir
besarnya kerugian piutang berdasarkan prosentase tertentu dari saldo piutang
dagang pada akhir tahun yang bersangkutan. Pendekatan ini dapat
diaplikasikan dengan menggunakan satu tarif gabungan (composite rate) yang mencerminkan estimasi piutang tak
tertagih.
Misalnya saldo piutang dagang per
31 desember 2014 adalah sebesar Rp 4.000.000,- kerugian piutang ditaksir sebesar
5% dari saldo piutang dagang.
Jumlah kerugian piutang tahun 2014
adalah sebesar :
3.
Analisa
Umur Piutang
Pendekatan lainnya yang
lebih sensitif terhadap status akrual
dari piutang usaha adalah menetapkan skedul umur piutang (againt schedule)
dan menerapkan prosentase
yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur.
Umur piutang masing-masing debitur
digolong-golongkan, baik yang belum jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo.
Bagi piutang debitur yang telah jatuh tempo, semakin lama jaraknya dengan jatuh
temponya maka semakin besar pula kemungkinan tidak tertagihnya. Dengan demikian
dalam menaksir besarnya kerugian piutang, masing-masing kelompok umur piutang
ditentukan besarnya prosentase kerugian, dimana semakin lama umur piutang dari
saat jatuh tempo semakin besar pula prosentase kerugiannya.
Misalnya,
saldo piutang dagang PT DIASWATI pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar
Rp 6.000.000- yang terdiri dari :
Nama Debitur
|
Saldo Piutang
31 Desember 2014
|
Tanggal Jatuh Tempo
|
CV Lestari
|
Rp 1.000.000,-
|
19 November 2014
|
PT Permata
|
Rp 1.500.000,-
|
5 Desember 2014
|
PT Sinar
|
Rp 2.000.000,-
|
3 Oktober 2014
|
Fa Dayto
|
Rp
500.000,-
|
13 Agustus 2014
|
Fa Hitari
|
Rp 1.000.000,-
|
15 Januari 2015
|
Penggolongan
umur piutang dan besarnya prosentase kerugian masing-masing golongan umur
piutang tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan Umur Piutang %Kerugian
Belum jatuh tempo 0,5
Telah jatuh tempo
-
Lewat
dari 1-30 hari 2
-
Lewat
dari 31-60 hari 5
-
Lewat
dari 61-90 hari 10
-
Lewat
lebih dari 90 hari 20
Berdasarkan data
tersebut diatas, besarnya kerugian piutang dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
PT
DIASWATI
ANALISA
UMUR PIUTANG
31
Desember 2014
Nama Debitur
|
Saldo Piutang per 31
Des 2014
|
Belum Jatuh
Tempo
|
Lewat Jatuh
Tempo (dalam hari)
|
1 - 30 hari
|
31 - 60 hari
|
61 - 90 hari
|
>90 hari
|
CV Lestari
|
Rp1.000.000
|
|
|
Rp1.000.000
|
|
|
PT Permata
|
Rp1.500.000
|
|
Rp1.500.000
|
|
|
|
PT Sinaran
|
Rp2.000.000
|
|
|
|
Rp2.000.000
|
|
Fa. Dayto
|
Rp 500.000
|
|
|
|
|
Rp500.000
|
Fa. Hitari
|
Rp1.000.000
|
Rp1.000.000
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Rp6.000.000
|
Rp1.000.000
|
Rp1.500.000
|
Rp1.000.000
|
Rp2.000.000
|
Rp500.000
|
Prosentase Kerugian Piutang
|
0.5 %
|
2 %
|
5 %
|
10 %
|
20 %
|
Metode Penyisihan
|
Metode Penghapusan
Langsung
|
Pencatatan Taksiran
Kerugian Piutang
Des 31
Kerugian piutang xxx
CKP xxx
|
Dalam metode ini
tidak dilakukan taksiran atas kerugian piutang
|
Pencatatan
Penghapusan Langsung
CKP xxx
Piutang dagang xxx
|
Pencatatan
Penghapusan Langsung
Kerugian piutang xxx
Piutang dagang xxx
|
Penerimaa n Kembali
piutang yang sudah dihapus
Piutang dagang xxx
CKP
xxx
(Untuk mencatat
kembali piutang yang sudah dihapus)
Kas xxx
Piutang dagang xxx
(Untuk mencatat
penerimaan kas)
|
Penerimaan Kembali
piutang yang sudah dihapus
Piutang Dagang xxx
Kerugian piutang xxx
(Mencatat kembali
piutang yang sudah dihapus)
Kas xxx
Piutang dagang xxx
(mencatat penerimaan
kas)
|
2. Penghapusan
piutang usaha yang telah dihapus
Apabila piutang usaha tertentu
dipastikan tidak akan tertagih, maka saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan
mendebet “penyisihan untuk piutang tak tertagih” dan mengkredit “piutang
usaha”. Jika yang dipakai adalah metode penghapusan langsung, maka jumlah yang
ditagih didebet ke kas, dan dikredit kea kun pendapatan yang berjudul jumlah
tak tertagih yang dipulihkan.
Tajndksndckslmflskv
3. Retur
Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan dan pengurangan harga
dilaporkan sebagai pengoffset atas pendapatan penjualan dalam laporan
laba-rugi. Retur dan pengurangan diakumulasikan secara terpisah, bukan didebet
secara langsung ke akun penjualan agar pembaca laporan mengetahui jumlahnya
masing-masing.
CONTOH
PT
Dinamika menyadari bahwa 6% dari piutang usahanya yang beredar sebesar Rp
50.000.000 akan dikembalikan atau harus dilakukan beberapa penyesuaian terhadap
harga jualnya.
penghilangan
beban sebesar (6% x 50.000.000) = 3.000.000 memiliki pengaruh yang material
terhadap laba bersih periode berjalan.
Ayat jurnal untuk mencerminkan retur penjualan dan
pengurangan harga yang diantisipasi adalah:
Retur Penjualan dan Pengurangan
Harga
Penyisihan
untuk Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
|
Rp 3.000.000,-
Rp
3.000.000,-
|
E.
Pengakuan Wesel Tagih
Suatu
wesel tagih didukung oleh promes (promissory note) formal, yaitu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada suatu tanggal di masa depan. Wesel semacam itu merupakan instrumen yang dapat
dinegosiasikan yang ditandatangani oleh pembuat (maker) untuk kepentingan yang
dibayar atau penerima (payer).
Wesel
diklasifikasikan menjadi 2 jenis :
1. Wesel
Berbunga (interest-bearing notes)
Wesel berbunga memiliki suku bunga
ditetapkan
2. Wesel
tanpa Bunga (zero-interest-bearing notes)
Wesel tidak berbunga (bunga nol) memasukkan bunga
sebagai bagian dari nilai nominal yang tidak dinyatakan secara eksplisit. Sedangkan
Wesel yang diterbitkan pada nilai nominal, untuk mengilustrasikan pendiskontoan
wasel yang diterbitkan pada nilai nominal, asumsikan bahwa X corp. meminjamkan
$10.000 kepada Y Imports dan menerima wesel berbunga dengan jangka waktu tiga
tahun senilai $10.000 dengan suku bunga
tahunan 10%. Suku bunga pasar wesel dengan resiko serupa juga 10%.
Nilai
sekarang atau harga pertukaran wesel dihitung sebagai berikut :
Nilai nominal
wesel $10.000
Nilai sekarang pokok:
$10.000 (PVF3,10%) =$10,000×0,75132 $7.513 Nilai sekarang bunga: $1.000
(PVF-OA3,10%)=$1.000×2,48685 2.487
Nilai sekarang wesel
10.000 Selisih $ -0-
Dalam kasus ini, nilai
sekarang wesel dan nilai nominalnya adalah sama, yaitu $10.000, karena suku
bunga efektif dan ditetapkan juga sama. Penerimaan wesel dicatat oleh X corp.
sebagai berikut : Wesel tagih
10.000 Kas 10.000 X corp. juga akan mengakui bunga
yang dihasilkan setiap tahun sebagai berikut : Kas 1.000
Pendapatan bunga 1.000
Wesel jangka
pendek biasanya dicatat pada nilai nominal (dikurangi penyisihan) karena bunga
implicit dalam nilai jatuh tempo adalah tidak material.
Wesel tagih yang
diperlakukan sebagai ekuivalen kas (jatuh tempo < 3 bulan), bukan merupakan
subyek amortisasi premi/diskonto.
Wesel jangka
panjang, harus dicatat dan dilaporkan pada nilai sekarang dari kas yang
diperkirakan akan tertagih.
Apabila suku bunga
ditetapkan (yang tertera pada kontrak) atas wesel berbunga sama dengan suku
bunga efektif (pasar), maka wesel tersebut dijual pada nilai nominal.
Jika suku bunga
berbeda ditetapkan berbeda dengan suku bunga pasar, maka kas yang dipertukarkan
(nilai sekarang) berbeda dengan nilai nominal wesel.
Selisih antara nilai
nominal dengan kas yang ditukarkan, merupakan diskonto/premi,
dan akan dicatat dan diamortisasikan sepanjang umur wesel, agar mendekati suku
bunga efektif (pasar).
3. Wesel
yang diterbitkan bukan pada nilai nominal
a. Wesel
berbunga nol Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol, maka nilai
sekarangnya adalah kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel. Karena baik jumlah
masa depan maupun nilai sekarang wesel telah diketahui, maka suku bunga dapat
dihitung. Suku bunga implisit adalah suku bunga yang akan menyamakan kas yang
dibayarkan dengan jumlah piutang di masa depan. Selisih antara jumlah masa
depan (nilai nominal)dengan nilai sekarang (kas yang dibayarkan) dicatat
sebagai diskonto dan diamortisasikan ke pendapatan bunga sepanjang umur
wesel.
b. Wesel
berbunga Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut
dipertukarkan pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debet dan
diamortisasikan menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel sebagai
pengurang tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui.
c. Wesel
yang diterima untuk properti, barang atau jasa Jika wesel diterima sebagai pertukaran
properti, barang atau jasa dalam suatu transaksi yang wajar, yang suku bunga
ditetapkan diasumsikan cukup wajar kecuali :
a) Tidak
ada suku bunga yang ditetapkan, atau
b) Suku
bunga yang ditetapkan tidak masuk akal, atau
c) Jumlah
nominal dari wesel berbeda secara material dari harga jual tunai saat ini untuk
pos-pos yang serupa atau dari nilai pasar sekarang instrument utang. Dalam
situasi ini, nilai sekarang wesel diukur oleh nilai wajar properti, barang,
atau jasa atau oleh jumlah yang secara layak mendekati nilai pasar wesel.
4. Pilihan
suku bunga Proses perkiraan suku bunga dinamakan dengan perhitungan suku bunga
yang layak (impultation), dan hasilnya
dinamakan suku bunga terkait (imputed interest rate).Pilihan suku bunga ini
dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku bagi penerbit instrumen serupa dengan
peringkat kredit yang sama.
F.
Penilaian Wesel Tagih
Seperti
piutang usaha, wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai
realisasi bersihnya, yaitu pada jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan
yang diperlukan.. Akun penyisihan wesel tagih yang utama adalah Penyisihan
untuk Wesel Tak Tertagih. Namun wesel tagih jangka panjang menimbulkan masalah
estimasi tambahan. Kita hanya perlu melihat masalah yang dihadapi oleh
institusi keuangan, terutama bank-bank pusat uang, dalam menagih piutang dari
pinjaman energi, pinjaman riil estate, dan pinjaman kepada Negara kurang
berkembang. Wesel tagih berkurang nilainya (impaired) jika terdapat kemungkinan
bahwa kreditor tidak akan mampu menagih seluruh jumlah yang terutang (baik
pokok maupun bunga) sesuai dengan ketentuan kontraktual pinjaman.
G.
Disposisi Piutang Usaha dan Wesel Tagih
Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer
piutang usaha atau wesel tagih kepada perusahaan lainnya secara tunai. Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat
dilakukan dalam salah satu dari dua cara berikut :
1. Peminjaman
yang dijamin Piutang seringkali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi
peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitor menunjuk (menetapkan) atau
menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman tidak dibayar pada
saat jatuh tempo, maka kreditor memiliki hak untuk mengkonversi jaminan itu
menjadi kas yaitu untuk menagih piutang.
2. Penjualan
piutang Penjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun
terakhirPenjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Jenis penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor.
Factor adalah perusahaan pembiyaan atau bank yang membeli piutang dari
perusahaan untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang secara
langsung dari pelanggan. Anjak Piutang (factoring receivables) secara
tradisional berhubungan dengan industri tekstil, pakaian, sepatu furniture, dan
peralatan rumah tangga.
Prosedur Dasar dalam
Factoring
(2) Meminta penelaahan kredit (6) Melakukan pembayaran (4)
Menyerahkan kas
(1) Menyampaikan
pesanan
(5) Mengirimkan
barang
Seperti disebutkan
dalam cerita pembuka, salah satu fenomena baru dalam penjualan (transfer)
piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi (securitization) dapat berupa pool aset
seperti piutang kartu kredit, piutang hipotik, atau piutang pinjaman mobil dan
menjual sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool tersebut. Sebenarnya,
ini sama saja dengan menciptakan sekuritas yang didukung oleh pool aset
tersebut. Hampir setiap aset yang memiliki aliran pembayaran dan sejarah
pembayaran jangka panjang bisa merupakan calon sekuritisasi. Perbedaan antara
factoring dengan sekuritisasi adalah bahwa factoring biasanya melibatkan
penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas piutang
rendah, dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Dalam sekuritisasi,
banyak investor terlibat, marjinnya sedikit, kualitas piutang tinggi, dan
penjual biasanya terus menagih piutang. Baik dalam transaksi factoring maupun
sekuritisasi, piutang dapat dijual atas dasar tanpa tanggung renteng atau
dengan tanggung renteng.
Tanggung Renteng
Tanggung renteng adalah hak penerima transfer piutang untuk menerima pembayaran
dari pelaku transfer:
FACTOR
(3) Menyetujui
kredit
PERUSAHAAN
Perusahaan manufaktur
atau distributor
PELANGGAN
Pengecer Atau grosir
(1) Jika debitor tidak
mampu melunasi piutang pada saat jatuh tempo (2) Untuk pengaruh sebelum
pembayaran, atau (3) Untuk penyesuaian
yang muncul akibat turunnya nilai piutang yang ditransfer.
Penjualan tanpa
Tanggung renteng Jika piutang dijual tanpa tanggung renteng (without resource),
maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit.
Transfer piutang usaha dalam transaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan
penjualan piutang usaha secara langsung baik dalam bentuk (transfer
kepemilikan) maupun dalam subtansinya (transfer pengendalian). Dalam transaksi
tanpa tanggung renteng, seperti dalam setiap penjualan aset, penjual mendebit
kas untuk hasil yang diterima dan mengkredit piutang usaha sebesar nlai nominal
piutang. Selisihnya, yang dikurangi dengan setiap provisi untuk penyesuaian
piutang yang mungkin (diskon, retur, pengurangan harga, dan sebagainya), diakui
sebagai kerugian atas penjualan piutang.
Penjual menggunakan akun terhutang dari factor (dilaporkan sebagai
piutang) untuk mencatat hasil yang ditahan oleh factor untuk menutupi diskon
penjualan, retur penjualan, dan pengurangan harga. Sebagai contoh, Crest
Textiles, Inc. mem-factorkankan piutang usaha senilai $500.000 kepada
Commercial Factors, Inc., atas dasar tanpa tanggung renteng. Catatan piutang
ditransfer ke Commercial Factors, Inc., yang akan menerima penagihan.
Commercial Factors, Inc. mengenakan beban pembiayaan sebesar 3% dari jumlah
piutang usaha dan menahan sejumlah hasil yang besarnya sama dengan 5% dari piutang
usaha. Ayat jurnal untuk mencatat transfer piutang tanpa tanggung renteng, baik
bagi Crest Textiles maupun Commercial Factors, adalah sebagai berikut:
Ayat Jurnal untuk
Mencatat Penjualan Piutang tanpa Tanggung Renteng
Crest Textiles, Inc. Kas
460.000 Terutang dari faktor
25.000* Kerugian atas Penjualan Piutang 15.000** PiutangUsaha (Wesel
Tagih)
500.000 *(5% x $500.000) **(3% x $500.000)
Commercial Factors,
Inc. Piutang Usaha (Wesel Tagih) 500.000 Terutangkepada Crest Textiles
25.000 PendapatanPembiayaan
15.000 Kas 460.000
Dalam mengakui
penjualan piutang, Crest Textiles mencatat kerugian sebesar $15.000. Laba
bersih factor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan, $15.000, dengan
jumlah setiap piutang yang tidak dapat ditagih.
Penjualan dengan
Tanggung Renteng Jika piutang dijual dengan tanggung renteng (with recourse),
maka penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitor tidak mampu
membayar. Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen
keuangan (financial components approach), karena penjual akan terus terlibat
mengakui aktifa dan kewajiban yang mereka kendalikan setelah penjualan. Sebagai
contoh, asumsikan informasi yang sama seperti dalam contoh untuk Crest Textiles
dan commercial Factors, kecuali bahwa piutang dijual atas dasar tanggung
renteng. Telah ditentukan bahwa kewajiban tanggung renteng ini
memiliki nilai wajar
sebesar $6.000. Untuk menghitung kerugian atas penjualan piutang oleh Crest,
hasil bersih dari penjualan itu dihitung sebagai berikut: Perhitungan Hasil
Bersih Kas yang diterima
$460.000 Terutang dari factor
25.000 $485.000 Dikurangi: Kewajiban tanggung
renteng
6.000 Hasil bersih
$479.000
Hasil bersih (net
proceeds) adalah kas atau aset lainnya yang diterima dalam penjualan dikurangi
setiap kewajiban yang terjadi. Kerugiannya dihitung sebagai berikut:
Perhitungan Kerugian atas Penjualan Nilai buku (tercatat)
$500.000 Hasil bersih 479.000
Kerugian atas penjualan piutang $21.000
Ayat jurnal untuk
mencatat penjualan piutang dengan tanggung renteng, baik untuk Crest Textiles
maupun Commercial Factors, disajikan sebagai berikut: Ayat Jurnal untuk
Mencatat Penjualan Piutang dengan Tanggung Renteng Crest Textiles, Inc.
Kas
460.000 Terutang dari factor 25.000
Kerugian atas Penjualan Piutang 21.000
Piutang Usaha (Wesel tagih)
500.000 Kewajiban Tanggung Renteng 6.000
Commercial Factors,
Inc. Piutang Usaha
500.000 Terutang kepada Crest Textiles
25.000
Pendapatan
Pembiayaan
15.000 Kas
460.000
Dalam kasus ini, Crest
Textiles mengakui kerugian sebesar $21.000. Selain itu, suatu kewajiban sebesar
$6.000 juga dicatat untuk menunjukkan pembayaran yang mungkin terjadi kepada
Commercial Factors atas piutang tak tertagih. Jika seluruh piutang tertagih,
maka Crest Textiles akan mengeleminasi kewajiban tanggung renteng dan menaikkan
laba. Laba bersih Commercial Factors adalah pendapatan pembiayaan sebesar
$15.000 karena tidak akan memiliki piutang ragu-ragu yang berhubungan dengan
piutang tersebut.
Peminjaman yang Dijamin
vs. Penjualan FASB telah menyimpulkan
bahwa penjualan hanya terjadi jika penjual menyerahkan kendali atas piutang
kepada pembeli. Tiga kondisi berikut harus terpenuhi sebelum suatu penjualan
bisa dicatat: (1) Aset yang akan ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer
(ditempatkan diluar jangkauan pelaku transfer dan kreditornya). (2) Penerima
transfer telah mendapatkan hak untuk menggadaikan atau menukar aset yang
ditransfer ataupun manfaat dalam aset yang ditransfer tersebut. (3) Pelaku
transfer tidak lagi memiliki kendali yang efektif atas aset yang ditransfer
baik melalui kesepakatan pembelian kembali maupun menebusnya sebelum jatuh
tempo. Jika ketiga kondisi di atas telah terpenuhi, maka penjualan dapat
terjadi. Jika tidak, maka pelaku transfer harus mencatat transfer itu sebagai
peminjaman yang dijamin (secured borrowing). Jika akuntansi untuk penjualan
sudah tepat, maka pihak yang terlibat masih harus mempertimbangkan aset yang
diperoleh dan kewajiban yang akan ditanggung dalam transaksi itu. Aturan
akuntansi untuk transfer piutang ditampilkan dalam contoh dibawah ini. Seperti
ditunjukkan dalam ilustrasi dibawah ini, jika masih ada keterlibatan dalam
transaksi penjualan, maka
aset yang diperoleh dan
kewajiban yang ditanggung harus dicatat pada nilai wajarnya.
Akuntansi untuk
Transfer Piutang
Ya
Tidak
Ya Tidak
Penyajian Piutang
Aturan umum dalam pengklasifikasian piutang adalah:
Transfer Piutang
Apakah memenuhi tiga
kondisi? 1. Aset
yang ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer. 2. Penerima transfer
telah memiliki hak untuk menggadaikan atau menjual aset. 3. Pelaku transfer
tidak lagi memiliki kendali melalui kesepakatan pembelian kembali.
Apakah masih ada
keterlibatan? Catat sebagai peminjaman yang dijamin: 1. Mencatat kewajiban 2.
Mencatat beban bunga Catat sebagai
penjualan: Gunakan pendekatan komponen keuangan: 1. Mengurangi piutang 2.
Mengakui aset yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung 3. Mencatat
keuntungan atau kerugian Catat sebagai penjualan: 1. Mengurangi piutang 2.
Mencatat keuntungan atau kerugian
1. Memisahkan berbagai
jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material; 2. Menjamin bahwa akun
penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang terkait; 3. Menentukan
bahwa piutang yang diklasifikasi dalam kelompok aktifa lancar akan
dikonversikan menjadi kas dalam stu tahun atau satu siklus operasi, tergantung
mana yang lebih panjang; 4. Mengungkapkan setiap kontinjensi kerugian yang ada
pada piutang; 5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan;
6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari resiko kredit yang
berasal dari piutang. Kelompok aset dari Laporan Posisi Keuangan Colton
Corporation yang diperlihatkan pada ilustrasi dibawah ini, menggambarkan
banyaknya pengungkapan yang diperlukan untuk piutang:
Colton Corporation Laporan
Posisi Keuangan (Parsial) Per 31 Desember 2007 Aktifa lancer $
1.870.250 Kas dan ekuivalen kas Piutang usaha (Catatan
2)
$ 8.977.673 Dikurangi: Penyisihan untuk piutang tak tertagih 500.266
Uang muka kepada anak
perusahaan yang jatuh tempo 30/9/08
2.090.000 Wesel tagih-dagang (Catatan 2) 1.532.000
Pajak penghasilan federal yang dapat dikembalikan 146.704 Piutang dividend dan bunga
75.500 Piutang atau klaim lainnya (termasuk saldo debit dalam utang
usaha)
174.620 12.496.271 Total aset
lancar
14.366.521
Piutang tidak
lancar
Wesel tagih dari staf dan karyawan kunci 376.000 Piutang klaim (penyelesaian
litigasi yang akan ditagih
selama 4 tahun)
585.000 Catatan 2: Piutang Usaha dan Wesel Tagih Pada bulan November
2007, perusahaan mengadakan perjanjian dengan sebuah perusahaan keuangan untuk
membiayai kembali sebagian utang. Pinjaman ini dibuktikan oleh wesel bayar 12%.
Wesel ini dapat dibayar bila diminta dan dijamin oleh hamper seluruh piutang
usaha.
Analisis Piutang Rasio
Perputaran Piutang Rasio keuangan sering kali digunakan untuk mengevaluasi
likuiditas piutang usaha perusahaan. Rasio yang digunakan untuk menilai
likuiditas piutang adalah rasio perputaran piutang (receivables turnover
ratio). Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil
ditagih selama suatu periode. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan
bersih dengan piutang ratarata (bersih) yang beredar selama tahun berjalan.
Secara teoritis, penyebutnya hanya memasukkan penjualan kredit bersih. Namun,
informasi ini seringkali tidak tersedia, dan jika jumlah relatif dari penjualan
tunai dan penjualan kredit tetap konstan secara wajar, maka kecerendungan yang
ditunjukkan oleh rasio perputaran piutang tetap absah. Kecuali kalau faktor-faktor
musiman signifikan, jumlah piutang rata-rata yeng beredar dapat dihitung dari
saldo awal dan akhir piutang dagang bersih. Sebagai contoh, Circuit City
melaporkan penjualan bersih tahun 2004 sebesar $9.745 juta. Saldo awal dan
akhir piutang masing-masing adalah $380 juta dan $580 juta. Rasio perputaran
piutang usaha dihitung seperti contoh dibawah ini:
Penjualan bersih = Perputaran piutang usaha
Piutang usaha rata-rata (bersih)
$9.745 = 20,3 kali, atau
setiap 18 hari (365+20,3) ($580
+ $380)/2
Informasi ini
menunjukkan seberapa berhasil perusahaan melakukan penagihan piutang yang
beredar. Jika mungkin, skedul umur piutang juga dapat dibuat untuk menentukkan
seberapa lama piutang beredar. Bisa jadi rasio perputaran piutang yang memuaskan
muncul karena piutang tertentu ditagih terlalu cepat sementara piutang lainnya
beredar dalam jangka waktu yang relatif lama. Suatu skedul umur piutang akan
mengungkapkan pola semacam itu.